PADDY TRANSPLANTER
ALAT / MESIN TANAM BIBIT PADI
Menanam bibit padi biasa dilakukan secara manual. Dalam bahasa Jawa disebut “TANDUR” (menanam sambil mundur). Namun dengan semakin sulitnya mencari tenaga tanam maka penggunaan paddy transplanter merupakan salah satu alternatif pemecahan permasalahannya. Coba bayangkan bila 1 orang menanam sendiri seluas 1 ha dengan jumlah +/- 250.000 bibit (asumsi jarak tanam 20 x 20 cm), pasti akan sangat melelahkan membungkuk dalam waktu yang sangat lama. Penanaman seperti ini untuk 1 ha butuh 10-15 HOK (Hari Orang Kerja)
Untuk menyamankan kegiatan penanaman padi, maka dapat dilakukan penanaman dengan alat tanam padi manual seperti terlihat pada gambar. Operator alat berjalan mundur pada saat mengoperasionalkan alat ini. Setang besi yang dipegang operator berfungsi untuk : a. Mengambil bibit, b. Membenamkan bibit, dan c. Menarik mundur alat tanam. Dengan alat ini, 1 ha sawah membutuhkan 2-3 HOK.Lain halnya apabila kita menggunakan mesin tanam padi berpenggerak motor bensin. Dalam 1 hari, 1 ha sawah sudah bisa selesai ditanami. Yang jenis ini ada 2 tipe yaitu walking type dan riding type. Pada walking type (tipe dengan operator masih berjalan mengiringi alat), operator berjalan di sela bibit padi yang baru tertanam. Jadi operator berjalan maju (tidak mundur). Sedang pada yang riding type, operator mengendarai transplanter.
Pada penggunaan paddy transplanter, tidak seluruh lahan bisa ditanami dengan alat mesin (alsin) ini. Karena pada bagian lahan yang untuk memutar (berbelok), harus dilakukan secara manual. Kualitas persemaian juga sangat berpengaruh dalam operasional alsin ini. Pengaruh yang muncul adalah terjadinya bibit yang mengapung (tidak terbenam di lahan) dan bibit tidak terambil oleh alat. Sehingga dengan demikian, masih perlu diadakan penyulaman secara manual. Namun tentunya, jumlahnya juga tidak terlalu banyak.
Pada pengoperasian paddy transplanter, walaupun pada walking type tersedia pengapung, kondisi lahan tidak boleh berlumpur dalam karena akan mengakibatkan slip yang tinggi bahkan sampai tidak bisa bergerak maju. Bila slip terlalu tinggi, akan terjadi penumpukan tanaman.